ISRAEL – Benny Gantz, seorang anggota kabinet perang Israel yang beranggotakan tiga orang, mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu, menuduh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu salah mengelola upaya perang dan menempatkan kelangsungan hidup politiknya di atas kebutuhan keamanan negara.
Langkah tersebut tidak serta merta menimbulkan ancaman bagi Netanyahu, yang masih menguasai koalisi mayoritas di parlemen. Namun pemimpin Israel menjadi lebih bergantung pada sekutu sayap kanan yang menentang proposal gencatan senjata terbaru yang didukung Amerika Serikat (AS) dan ingin terus melanjutkan perang.
Gantz mengatakan Netanyahu membuat janji-janji kosong, dan negaranya perlu mengambil arah yang berbeda karena dia memperkirakan pertempuran akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Mantan panglima militer yang populer itu bergabung dengan pemerintahan Netanyahu tak lama setelah serangan Hamas untuk menunjukkan persatuan. Kehadirannya juga meningkatkan kredibilitas Israel di mata mitra internasionalnya. Gantz memiliki hubungan kerja yang baik dengan para pejabat AS.
Gantz sebelumnya mengatakan dia akan meninggalkan pemerintahan pada 8 Juni jika Netanyahu tidak merumuskan rencana baru untuk Gaza pascaperang.
Dia membatalkan konferensi pers yang direncanakan pada Sabtu (8/6/2024) malam setelah empat sandera Israel diselamatkan secara dramatis dari Gaza pada hari sebelumnya dalam operasi terbesar Israel sejak perang delapan bulan dimulai. Setidaknya 274 warga Palestina, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan itu.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari