Sejumlah Kudeta Kekuasaan Pasca Perjanjian Pecahnya Kerajaan Sunda dan Galuh : Okezone Nasional

  • 1 year ago
  • 1


BANGA, anak dari hasil perselingkuhan raja Sunda Tamperan Barmawijaya dengan perempuan lain, memerintah di raja bawahan. Hal ini usai perjanjian wilayah Sunda terpecah, menjadi Galuh dan Sunda sendiri. Galuh dipimpin oleh Manarah, sedangkan Banga memimpin di Sunda.

Konon saat menjabat sebagai raja bawahan itulah Banga tampak kurang berkenan. Tapi ia terpaksa harus menjalani tugasnya sebagai raja bawahan dari wilayah Galuh. Bahkan, konon memperteguh Perjanjian Galuh, Manarah dan Banga dijodohkan dengan kedua cicit Demunawan.

Manarah menjadi Raja Galuh bergelar Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuana itu dinikahkan dengan Kancanawangi. Sementara Banga yang menjabat sebagai Raja Sunda bergelar Prabu Kretabuana Yasawiguna Aji Mulya dinikahkan dengan Kancanasari.

Dari perkawinannya dengan Kancanasari, Banga memiliki putra bernama Rakryan Medang yang kelak menjabat sebagai Raja Sunda bergelar Prabu Hulukujang yang memerintah pada 766 – 783, demikian dikutip dari buku “Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada”.

Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaannya pada Rakryan Hujungkulon atau Prabu Gilingwesi menantunya yang berkuasa di Sunda pada 783 – 795. Tetapi Rakryan Hujungkulon hanya memiliki anak perempuan, maka kekuasaan Sunda jatuh ke Rakryan Diwus atau Prabu Pucukbumi Dharmeswara, menantunya yang berkuasa pada 795 – 819.

Kemudian dari Rakryan Diwus kmi kekuasaan Sunda jatuh ke Rakryan Wuwus, putranya yang menikah dengan putri Welengan, Raja Galuh pada tahun 806 – 813. Kekuasaan Galuh kemudian jatuh pada Rakryan Wuwus, saat Prabu Linggabhumi saudara iparnya mangkat. Selama menjabat raja Sunda, Rakryan Wuwus bergelar Prabu Gakahkulon.




Follow Berita Okezone di Google News


Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sepeninggalnya, tahta Sunda jatuh ke Arya Kadatwan, tetapi karena Arya Kadatwan banyak tak disukai para pejabat istana Sunda, ia akhirnya dibunuh pada 895. Tahta Sunda kemudian jatuh pada Rakryan Windusakti putranya, kemudian diturunkan lagi ke Rakryan Kamuninggading pada 913.

Tetapi baru memerintah tiga tahun, kudeta kembali meruntuhkan kekuasaannya. Sosok Rakryan Jayagiri yang melakukan kudeta terhadap Rakryan Kamuninggading pada 916. Sepeninggal Rakryan Jayagiri yang naik tahta, kini giliran Rakryan Watuagung yang notabene menantunya naik tahta pada 942. Namun, lagi-lagi kudeta meruntuhkan kekuasaan Watuagung, yang dilakukan Limburkancana, putra dari Rakryan Kamuninggading pada tahun 954.

Sesudah Limburkancana naik tahta dan tahun, digantikan putra sulungnya Rakryan Sundasambawa pada 964. Tetapi karena Sundasambawa tidak memiliki seorang anak laki-laki, tahta kekuasaan jatuh berikutnya ke tangan sang adik iparnya. Berikutnya berturut-turut Rakryan Gendang atau Prabu Brajawisesa, Prabu Dewa Sanghyang, Prabu Sanghyang Ageng, Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati memerintah.

Kemudian, pada tahun 1042, giliran Dharmaraja naik tahta, disusul Prabu Langlangbhumi pada 1064, Rakryan Jayagiri Prabu Menakluhur pada tahun 1054 naik tahta. Kemudian diteruskan oleh Prabu Dharmakusuma pada 1156, dan Prabu Guru Dharmasiksa di tahun 1175. Semasa pemerintahan Dharmasiksa inilah pusat pemerintahan Sunda dipindahkan ke Pakuan Pajajaran.



Source link

Join The Discussion

Compare listings

Compare
WeCreativez WhatsApp Support
Coba tanyakan disini
👋Halo, apa yang bisa kami bantu